Solid Gold ~ Harga minyak sudah menyentuh titik terendahnya tahun lalu. Tahun ini, harga minyak diprediksi mulai membaik. Menurut Direktur Riset Hulu Minyak dan Gas Wood Mackenzie Asia Pacific, Andrew Harwood, harga minyak jenis Brent rata-rata akan berada di kisaran US$ 57 per barel. Salah satu faktor penentunya adalah pengurangan produksi yang disepakati negara-negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). "Prediksi harga minyak ini bisa lebih cepat tercapai berkat rencana OPEC. Kalau rencana ini benar dilakukan, maka harga minyak bisa naik lagi," katanya saat Media Briefing di kantornya, 3 Church Street, Singapura, Senin (23/1/2017). Berkat naiknya harga minyak tersebut, ia memprediksi investasi global di sektor migas bisa meningkat 3% menjadi US$ 450 miliar (Rp 6.000 triliun) tahun ini. Nilainya tersebut memang belum terlalu besar, malah hanya 40% dari total investasi global di sektor migas pada 2014 lalu. "Prediksinya ada sekitar 20-25 proyek baru. Mereka akan fokus ke proyek-proyek skala kecil yang bisa balik modal dalam waktu singkat, katakanlah 2-3 tahun sudah bisa untung," jelasnya. Berbeda dengan proyek-proyek skala besar yang biasanya memakan waktu hingga belasan bahkan puluhan tahun untuk bisa balik modal. "Mereka akan fokus ke low cost, low risk. Modal sedikit dan bisa balik modal dalam waktu singkat," ujarnya. Ketidakpastian dari Amerika Serikat (AS) juga sedikit mereda, setelah Donald Trump dilantik menjadi Presiden AS. Setelah dua tahun berjibaku dengan harga minyak yang rendah, perusahaan-perusahaan migas ini sekarang punya momentum untuk bangkit. (solid gold) BACA JUGASolid Gold ~ Harga cabai rawit tembus Rp 120.000 per Kg di Singkawang
0 Comments
Leave a Reply. |
About AsArsip Artikel
July 2021
|